Serbuan kilat Jerman ke Eropa Timur, tahun 1938 membuat serdadu Soviet kocar kacir. Di berbagai lini pertempuran, pasukan Tentara Merah terpukul mundur. Salah satu penyebabnya adalah minimnya persenjataan yang handal. Inilah yang menginspirasi Sersan Mikhail Timofeevich Kalashnikov membuat senjata yang sederhana dan andal.
Selepas dari sekolah Mekanikal Engineering di Kiev,
Kalashnikov bergabung dalam divisi Tank. Dia pun mulai mengutak-atik senjata
mesin yang ada di Tank untuk dimodifikasi menjadi senapan panggul bagi pasukan
infantri. Tahun 1941, prajurit kelahiran Kurya, wilayah Altai, Rusia itu mulai
mengajukan rancangannya ke Angkatan Darat Soviet di Leningrad. Namun, dalam
satu pertempuran di Bryansk, di bulan Oktober, ia tertembak.
Dalam masa perawatan, sambil menghitung hari di barak rumah
sakit Tentara, Kalashnikov memikir desain senapan mesin ringan. Begitu sembuh,
ia segera aktif di bengkel dan pada tahun 1942, karyanya dikembangkan di Institut
Penerbangan Rusia di Moskwo. Dua tahun kemudian, model yang lebih sempurna
dengan karabin yang bisa mengisi peluru sendiri secara otomatis.
Model terakhir inilah yang menjadi dasar pengembangan
senapan mesin ringan otomatis, Kalashnicov. Setelah lolos dari tes dan uji coba
yang berat, maka lahirlah AK-47. Nama itu berasal dari singkatan “Automatic
Kalashnikov” dan angka 47, menunjukkan tahun pertama secara resmi senapan itu
digunakan tentara Soviet.
Keandalan senjata itu teruji, dalam beberapa kali duel,
tentara Jerman mulai kocar-kacir . Apalagi dalam pertempuran di suhu beku,
banyak darah yang membasahi salju, dari serdadu Nazi yang tertembus timah
panas. Atas prestasi yang gemilang ini, pemimpin tertinggi Rusia, Josef Stalin,
menyematkan bintang tertinggi, Stalin First Class di dada Sersan Mikhail
Timofeevich Kalashnikov.
Keandalan AK-47 juga teruji dalam medan tempur yang ganas di
Vietnam. Senjata yang mampu meledak walau terendam lumpur dan rawa-rawa. Ini
pula yang membuat frustasi serdadu Amerika. 100 ribu pasukan terkubur di
ladang-ladang dan Amerika pun terusir dari Indochina.
Dalam duel AK-47 dengan M-16 andalan infantri AS. Dalam pertempuran
membutuhkan berondongan terus-menerus, senjata AS M-16 sering macet, ini larasnya tidak tahan panas tinggi. Belum lagi
medan berlumpur di hutan-hutan Vietnam. Ukuran body M-16 yang lebih panjang
menyulitkan gerak pasukan dalam pertempuran.
Di perbatasan Afganistan, penduduk mampu membuat tiruan sendiri untuk memasok Taliban. Atau personal-personal lain yang merakit dan mensuplai ke daerah konflik.
Ditahun 1990–an bedil tua ini digunakan Gangster-gangster Rusia. Dalam beberapa konflik di Afrika dan timur tengah, AK-47 menjadi senjata andalan para petarung.
Bahkan anak-anak di kawasn Afrika
dan Afganistan kerap kali memanggul senjata ini.
AK-47 menjadi senapan serbu andalan para Gerilyawan dan
pemberontak di berbagai belahan bumi. Sehingga dikenal menjadi SENJATA KAUM
REVOLUSIONER.
Penulis sebagai Praktisi beladiri dan hobi menembak dengan keahlian
sebagai Mechanical Desain dan Engineering mempelajari cara kerja dan konstruksi
mekanik AK-47 yang melegenda ini. (Suparmo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar